Selasa, 08 Oktober 2019

Seminar Financial Parenting Hacks : Sebuah Penyesalan (1)


Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Hai temans, ceritanya hari Sabtu, tanggal 28 September 2019 lalu, saya dan sahabat saya (Mbak Nita), alhamdulillah berkesempatan menghadiri acara kopdar ketiga komunitas buibu gercep. Walaupun kami berdua bukan anggota komunitas tersebut, alhamdulillah seneng banget bisa ikut nimbrung menimba ilmu di seminar ini.

Sejujurnya, yang membuat saya pengeeeen banget ikut adalah karena pembicaranya mbak Prita Ghozie. Pas bener mbak.. bulan lalu saya abis baca bukunya mbak Prita yang judulnya Make It Happen! dan bikin review sederhana. Trus penasaran, trus akhirnya daftar deh. Ya Allah..mbaknya beneran bening ya ternyata, wkwkwk..





Ini mbak Nita, hehe.. dateng-dateng kami udah foto dong sama little bee, salah satu sponsor yang kami baru tahu dan setelah dicoba ternyata haruuuum dan lembut.

Acara keren ini diadakan di PSW Hotel di daerah Antasari, Jakarta Selatan dengan MC mbak Tania Putri yang ternyata saya tonton sinetronnya pas dulu masih SMA, haha. Sekarang kami sama-sama udah bukan anak muda tapi anak dua.


Sesi pertama adalah seminar dari mbak Prita tentang cara mengelola keuangan keluarga dan dana pendidikan, dan sesi kedua adalah seminar dari seorang psikolog anak, yaitu mbak Anastasia Satriyo, tentang mempersiapkan anak siap sekolah. Di acara kedua pun saya dapet ilmu banyaaaak dari mbak Anas. Dan ini adalah sebuah penyesalan saya. Nyesel kenapa ga dari dulu sih ya taunya T.T

Saat datang, saya dan mbak Nita dapet buku gratis loh dari mbak Prita.. bukunya berjudul MoneySmart Parent yang ditulis oleh mbak Prita dan mbak Nadia Mulya. Seneeeng banget. Belum lagi dikasih goodiebag yang isinya banyaaak, hehe.. sayangnya ga bisa bawa pulang doorprize aja.


Lumayan beut ya cyiiin..dapet buku bagus dan gretong

MATERI SEMINAR “Cara Mengelola Keuangan Keluarga dan Dana Pendidikan”


Karena materinya cukup panjang dan menarik, di sini saya akan sampaikan beberapa highlight dari seminar ini yaaaa…
  • Yang pertama kita harus smart dan “smart”nya kita tidak hanya book-smart tetapi juga harus street-smart. Book-smart adalah pintar akibat belajar dari teori, buku, maupun dari kelas. Sedangkan street-smart adalah pintar karena pengalaman atau pengetahuan yang didapat dari “jalanan”. 
  • Jangan sampai anak kita menjadi sandwich generation, yaitu generasi yang menanggung beban orang tuanya dan anaknya. Bagaimana caranya? Persiapkan masa pensiun kita dengan baik. Kita sebagai orang tua selalu ingin memberi yang terbaik untuk anak-anak kita, namun kita kerap kali lupa untuk menyiapkan yang terbaik bagi diri kita sendiri.
  • Seringkali biaya terbesar di hidup kita adalah untuk membiayai gaya hidup. Namun ternyata, yang dimaksud gaya hidup bukan melulu tentang belanja. Social life kita juga sangat berpengaruh dengan biaya gaya hidup.
  • Cashless society ternyata ada bahayanya juga lho.. karena saat membayar menggunakan uang tunai, ada rasa kehilangan yang kita rasakan. Saat liat dompet trus sadar bahwa uang tinggal sedikit, maka kita akan mengerem dulu aktivitas belanja kita. Sedangkan dengan uang di dompet digital maupun di kartu atm, kita tidak merasakan rasa kehilangan tersebut.
  • Bahaya bayar tunda. Dengan bayar tunda, kita akan mengkonsumsi atau membeli barang yang sesungguhnya belum kita bayar dan akan menjadi beban kita di bulan depan. Saat barangnya sudah habis kita konsumsi, di bulan mendatang akan datang tagihan yang terkadang belum kita siapkan dananya atau jangan-jangan sebenarnya di luar kemampuan kita.
  • Nah, kalau ditanya investasi apa ya enaknya? Tabel ini bisa membantu temen-temen untuk menentukan produk investasi yang akan dipilih.


Gambar diambil dari akun Instagram @zapfinance

  • Lalu, bagaimana kita mengalokasikan gaji kita? Hehe..ingeeet, playingnya jangan didahuluin yaa, hehe.. aku banget ini..

Gambar juga diambil dari akun Instagram @zapfinance. Beneran deh, banyak info-info penting di akun Instagramnya @zapfinance..
  •      Mbak Prita juga menjelaskan cara menghitung besaran investasi per bulan kita sesuai dengan tingkatan pendidikan anak kita. Untuk penjelasan bagian ini, adanya di buku MoneySmart Parent J.  Tapii..kita dikasih panduan cara menyiapkan dana pendidikan anak nih..


    Wow. Selain cakep, ternyata mbak Prita menyampaikan ilmu ini dengan cara yang “fresh” dan bikin kita ga nyadar, tau-tau udah selesai T.T . Walaupun ilmunya bisa kita pelajari dari buku-buku mbak Prita maupun akun Instagram @zapfinance, tapi bisa dijelaskan langsung oleh beliau adalah salah satu pengalaman saya yang supeeer keren. Hehe..

    Nah, untuk materi dari pembicara selanjutnya akan saya tulis di lain kesempatan yaa.. Ga kalah seru kok. Terima kasiiih banget buat panitia dan mbak Nita yang udah ngajakin saya buat dateng ke seminar ini. Mana pulang-pulang bawa goodie bag segambreng lagi, hehe… senang ^^.

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.



Minggu, 08 September 2019

REVIEW BUKU : MAKE IT HAPPEN! - BUKU PINTAR RENCANA KEUANGAN UNTUK WUJUDKAN MIMPI -


Judul Buku : Make It Happen!
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Kelima, Mei 2018
Tebal : 244 halaman



Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh, teman-temankuh :D

Di kesempatan ini, saya ingin bercerita tentang buku yang baru selesai saya baca, yaitu Make It Happen! Tampilan bukunya seperti ini nih…


Source : google.co.id

Sebelumnya, saya nggak tahu-menahu tentang mbak Prita, seorang perencana keuangan independen yang juga ibu  dari dua anak, sampai suatu saat nongollah beliau di salah satu channel youtube.
Dalam benak saya waktu itu, saya berfikir, “Wih, cantik ya ini mbak, hehe. Pinter pula. Nulis buku pula.”
Source: google.co.id

Akhirnya karena penasaran, saya beli deh buku ini via shopee.

Buku ini berisi tahapan-tahapan perencanaan keuangan kita, baik untuk yang sudah berkeluarga maupun yang belum berkeluarga, supaya kita dapat fokus meraih impian kita yang tentunya membutuhkan dukungan finansial. Saat membeli buku ini, saya juga mendapat booklet “12 Bulan Menuju Make It Happen!” yang berisi financial checklist untuk membantu saya selama 12 bulan melakukan tahapan perencanaan keuangan.

Foto milik pribadi

Selain kata pengantar, pendahuluan, dan pelengkap lainnya, buku ini berisi 8 bab yang ditulis dengan menarik disertai tampilan yang menarik pula serta kekinian. Ini salah satu tampilan isi bukunya, ya.

Foto milik pribadi

8 bab yang dijelaskan oleh mbak Prita Ghozie antara lain:
Bab 1 : Keluarga – Mimpi Terbesar
Bab 2 : Sudah Sehatkah Keuangan Anda?
Bab 3 : Membuat Rencana Keuangan
Bab 4 : Produk Keuangan 101
Bab 5 : Mimpi #1 : Membeli Rumah
Bab 6 : Mimpi Indah : Anak-anak yang Happy
Bab 7 : Mimpi Cantik : The Pleasures
Bab 8 : Mimpi Terbesar : Masa Pensiun yang Nyaman

Jujur, mbak Prita menjelaskan hal-hal yang sesungguhnya berat namun dengan bahasa yang ringan dan enak dibaca. Selain itu, mungkin karena saya dan mbak Prita sama-sama seorang ibu, jadi apa yang beliau bahas seringkali membuat saya berpikir, “Oooo.. bener juga ya.” “Kenapa nggak kepikiran, ya.” Atau “Nah iya nih, ternyata nggak cuman saya yang punya masalah seperti ini”.

Selain berisi penjelasan dari si penulis, buku ini juga disertai tips, cerita pengalaman dari beberapa orang, juga terdapat semacam isian atau latihan yang bisa menjadi “pemanasan” untuk kita sebelum bener-bener melakukan perencanaan keuangan.

Beberapa hal penting yang saya dapat dari buku mbak Prita ini adalah:
  1. Menempatkan KEBUTUHAN di atas KEINGINAN. Hal ini sebenarnya sudah sering banget saya dengar, tapi teteup aja berat saat dilaksanakan.
  2. Menyepakati waktu khusus bersama suami untuk membicarakan tentang “uang”. Waktu khusus tersebut tentunya berbeda-beda untuk tiap keluarga. Bisa sebulan sekali, 2 pekan sekali, atau sesuai kesepakatan masing-masing. Yang terpenting, kesepakatan itu harus “dijalankan” bukan hanya “direncanakan”, hehe. O iya, selain komunikasi dengan pasangan, komunikasi dengan anak mengenai “uang” ini juga nggak kalah penting lho..
  3. Memperbaiki lagi rencana kami untuk dana pendidikan, dana pensiun, dana darurat, dana kesehatan, dana liburan, dan "investasi lainnya. Dari buku ini, saya diingatkan lagi tentang perbedaan MENABUNG dengan INVESTASI.
  4. Setelah membaca penjelasan mengenai berbagai produk investasi, saya mulai meneliti kembali produk mana yang cocok untuk masing-masing pos kebutuhan kami. Di buku ini, mbak Prita juga menjelaskan kelebihan dan kekurangan masing-masing produk, jangka waktu, serta risiko-risikonya. Produk yang dijelaskan cukup banyak, yaitu tabungan, deposito, tabungan berjangka, surat utang, saham, emas, property, dan reksa dana.
  5. Membenahi portofolio keuangan keluarga kami. Selain dengan memperbaiki gaya hidup agar sesuai dengan keuangan, saya juga ingin sekali segera melunasi hutang yang ada agar bisa berfokus melakukan investasi untuk masa depan yang lebih baik.

Untuk yang sudah fasih dengan ilmu financial planning, buku ini bisa menjadi bahan penyegaran dan membangkitkan semangat kita lagi untuk menata keuangan kita. Rencananya, saya juga tertarik untuk membaca buku mbak Prita yang lain, yaitu buku “Cantik, Gaya, dan Tetap Kaya” serta buku “Pension Ready, Pension Happy”.
Hmmm.. enaknya baca yang mana duluan ya?

Source: google.co.id







Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Minggu, 18 Agustus 2019

Kisah Ibu-ibu Nekat Daftar LPDP 2019

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hai hai, akhirnya bisa nambah juga isi blog ini. Ini juga karena ditantang sama Kejar Menulis, hihi. Kali ini saya akan cerita pengalaman saya mendaftarkan diri sebagai calon awardee atau penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kemenkeu RI. Yap, mamak pengen kuliah lagiiii.

Sebenernya keinginan buat kuliah lagi itu udah lama. Apalagi temen-temen seangkatan udah pada mulai lulus S2. Jiwa kompetisiku bergejolaaak. Tapi ternyata, suami tidak memberi ijin dengan pertimbangan kalau lulus S2 bakal naik jabatan dan dimutasi kemana-mana dan tugasnya banyak dan lain sebagainya. Belum lagi waktu itu, saya pengennya daftar AAS (Australia Award Scholarship). Langsung beliau tolak karena takutnya ntar jadi jauh sama anak-anak (halah, bilang aja abang takut rindu kaaan.. *kedipkedip).

Seiring berjalannya waktu, ada temen yang sudah lulus S2 di UI dengan beasiswa dari LPDP dan sekarang lolos ujian untuk jadi dosen di kampus STAN. Widih, gimana ga pengen tuh. Akhirnya mulai lagi lah cerita ke suami tentang temen yang satu itu. Dan akhirnya suami bilang, “ya udah boleh kuliah lagi..tapi dalam negeri aja ya. Yang deket”. Ashiaaaaaap.

Searching sana sini, nanya sana sini, akhirnya memantapkan diri untuk pilih Universitas Indonesia dengan jurusan Magister Akuntansi. Trus mulai menanti-nanti pengumuman dari LPDP. Langkah pertama saat itu adalah bikin akun dulu di akun LPDP (https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/). Lengkapi dulu identitas kita beserta foto di akun itu. Setelah itu, mulailah saya download pengalaman-pengalaman dan petunjuk pendaftaran beasiswa LPDP (tapi belom bisa daftar ya..dan belum tentu juga syaratnya sama).

Di akhir April 2019, muncullah pengumuman LPDP. Yang saya baca pertama kali adalah Kebijakan Beasiswa LPDP Tahun 2019. Filenya bisa ditemukan di tab “Beasiswa”

Nah, di bagian kebijakan ini kita harus baca dengan teliti. Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan:

1. Jadwal


Jangan sampe kita gagal hanya karena lupa atau kelewat sehari daftarnya. Kan nyesek ya. Beasiswa LPDP Tahun 2019 ini dibagi 2 tahap baik untuk tujuan Dalam Negeri maupun Luar Negeri. 


Setelah tahu jadwal seleksi, mulailah saya mewarnai tanggal-tanggal penting di buku agenda atau kalender :D

2. Tahapan Seleksi dan Ketentuan


Beasiswa LPDP Tahun 2019 ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu Tahap I dan Tahap II. Masing-masing tahapan memiliki urutan seleksi yang sama, yaitu:
a. Pendaftaran
b. Seleksi Administratif
c.  Seleksi Berbasis Komputer
d. Seleksi Wawancara
e. Pengumuman

Untuk Tahap I, seleksi wawancara dibagi menjadi 2 gelombang, gelombang I untuk yang sudah memiliki Loa dan gelombang II untuk yang belum memiliki Loa.
Ketentuan yang perlu diperhatikan juga dijelaskan di website, karena pelaksanaan seleksi sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya.


Sayangnya saya baru tahu kalau antara yang sudah punya Loa dan yang belum punya itu mulai perkuliahannya berbeda. Padahal udah ga sabar pengen buruan capcuusss. Tapi ya sudahlah, tidak perlu disesali. Yang penting persiapkan semuanya sebaik mungkin. Semangaaat.

3. Persyaratan

Persyaratan ini juga ga kalah pentingnya ya. Karena pihak LPDP sendiri cukup tegas dalam urusan persyaratan. Untuk tahu persyaratannya apa aja, kalian bisa klik di bagian Kebijakan Beasiswa LPDP Tahun 2019, dan klik di bagian beasiswa yang nantinya akan kalian pilih. Lumayan banyak sih ya, hehe.. 
Setelah itu kalian juga perlu mengunduh file-file yang nantinya menjadi persyaratan pendaftaran di bagian Beasiswa – Unduhan.


Setelah diklik, muncul pilihan seperti ini


Banyak yaaa. Tenaang, kita ga perlu unduh semua kok. Cukup yang berhubungan sama program yang akan kita ambil. Contoh nih, saya kan akan mendaftar beasiswa Dalam Negeri Targeted Group untuk program Beasiswa PNS, TNI, dan POLRI, jadi yang saya unduh adalah:

a. Booklet Beasiswa PNS, TNI dan POLRI Tahun 2019
b. Daftar Perguruan Tinggi Tujuan Dalam Negeri Beasiswa Targeted Group 2019
c. Surat Izin Atasan untuk Mengikuti Seleksi LPDP 2019 (semua program)
d. Surat Rekomendasi (semua program)
e. Surat Pernyataan Beasiswa PNS, TNI, POLRI Tahun 2019
f. Jadwal Seleksi Beasiswa LPDP 2019, dan
g. User Manual Pendaftaran tahun 2019

Oke deh, setelah kita merasa siap untuk mendaftar, kita klik di tulisan Pendaftaran. Jreng jreng.. Tabel yang muncul buat daftar beasiswanya kayak gini nih:


Setelah klik Daftar, akan ada banyak isian yang harus kita isi tentunya dengan benar dan teliti. Setelah kita upload berkas-berkasnya, berarti kita sudah siap untuk masuk ke tahap seleksi administrasi. Tinggal tunggu tanggal mainnya aja, hehe..

Segitu dulu ya pengalaman mendaftar beasiswa LPDPnya. Untuk persiapan selanjutnya akan saya tulis di tulisan tersendiri. :D

Doakan proses ini lantjar yaaa… aamiin..

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh J

Sabtu, 16 Februari 2019


Hai Mommies, sebelum saya mulai cerita tentang kegiatan Aliya kali ini, saya mau share sedikit kalimat dari bukunya mbak Elvina, sang founder dari http://indonesiamontessori.com/. Webnya keren banget, by the way, hehehe.

Nah, mbak Elvina mengingatkan kita bahwa
“Semakin sedikit peran mainan/apparatus dan semakin besar kontribusi atau peran anak akan semakin baik, karena dapat mendorong anak untuk berkembang, mengalami proses discovery, serta mengalami sendiri berbagai konsep. (Setidaknya 90% adalah peran anak dan 10% adalah peran mainan).”

Kalimat tersebut cukup membuat saya terhenyak (doh mulai lebay). Yap, berarti mulai sekarang saya harus lebih kreatif lagi dalam mencari, membeli, atau bahkan membuat mainan untuk anak-anak.

Kegiatan Aliya kali ini adalah memindahkan kancing menggunakan kedua telapak tangannya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan motoric halus serta mengasah kemampuan koordinasi mata dan tangan. Control of error di kegiatan kali ini adalah tidak adanya kancing yang jatuh. Poin yang dapat dipelajari adalah merasakan saat kancing berada di genggaman tangan serta saat mendengar bunyi kancing terjatuh.

Di kegiatan ini, saya menyematkan kosakata baru untuk dipelajari Aliya, yaitu kancing, kosong, dan mangkuk. Kegiatan memindahkan kancing ini dilakukan dari arah kiri ke kanan yang bertujuan untuk menekankan gerakan kiri ke kanan yang kelak bergunaa saat mereka mulai membaca dan menulis.



Berikut petunjuk permainannya:
·    Siapkan meja dan kursi untuk mereka berkegiatan. Kebetulan saya memiliki kursi dan meja kecil bekas Ahsan yang kini bisa dipergunakan oleh Aliya J
·         Posisikan mangkuk di meja dengan mangkuk berisi kancing di sebelah kiri dan mangkuk kosong di sebelah kanan.
·         Contohkan kepada anak cara mengambil segenggam kancing dari dalam mangkuk menggunakan tangan yang dominan.
·         Angkat perlahan tangan Anda, lalu pindahkan ke tengah secara perahan, lalu ke mangkuk yang kosong.
·         Pastikan mangkuk yang kosong tertahan oleh genggaman tangan yang tidak dominan. Secara perlahan lepaskan genggaman agar kancing-kancing tersebut jatuh ke dalam mangkuk kosong.
·         Lanjutkan hingga seluruh kancing selesai dipindahkan.
·         Selanjutnya, pindahkan kembali kancing-kancing tersebut ke mangkuk awal dengan menggunakan tangan yang tidak dominan.
·         Jika ada kancing yang terjatuh, ajarkan anak untuk mengambil menggunakan pincer grasp dan mengembalikan ke tempatnya.

Serius amat tampangnya, dek...


Pincer Grasp (gambar diambil dari www.google.com)

     Aliya (dan kakaknya tentunya, hehe) sangat antusias terhadap permainan ini. Tangan kecilnya sangat bersemangat dalam mengambil kancing. Saya sengaja menyiapkan kancing yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu banyak agar Aliya tidak bosan karena bisa-bisa kancing tidak habis-habis untuk dipindahkan, hehe. Bahkan Aliya sempat tidak mau mengakhiri permainannya ini sampai akhirnya saya menjanjikan untuk menyiapkan permainan yang lebih seru esok hari.

#    Tips : selain menggunakan kancing, kita bisa menggunakan bebatuan kecilm kacang-kacangan, beras, pasta, dan lain-lain agar anak dapat merasakan perbedaan berat dan tekstur setiap benda.




Minggu, 06 Januari 2019

Belajar Montessori


Assalamualaikum..
Hai, saya Maya. Kali ini saya mau berbagi sedikit cerita awal mula saya tertatik dengan Montessori. Tapi, karena saya baru banget baca-baca tentang Montessori ini, jadi ya pengetahuan saya masih cetek banget. Gapapa lah ya, itung-itung belajar bareng kita, hehe.

Saat Ahsan, anak pertama saya, balita saya belum mengenal yang namanya Montessori. Mainannya dia saat itu ya mobil-mobilan, puzzle, mainan-mainan edukasi yang kayu-kayu itu, bola, buku, dan lain-lain. Betul mainan-mainan tersebut juga dimainkan oleh anak yang “diterapkan” Montessori oleh orang tuanya, tapi Ahsan mainnya tidak “terprogram”. Jadi saat memberi mainan itu ke Ahsan, saya tidak memiliki suatu tujuan yang jelas tentang pelajaran apa yang akan Ahsan ambil setelah dia main dengan mainan itu.

kali ini udah mulai mau main air, hihi..


Namun bukan berarti Ahsan bukan merupakan anak yang pintar. Alhamdulillah puji syukur kepada Allah, Ahsan dikaruniai kemampuan berhitung dan membaca yang termasuk cepat bahkan tanpa saya mengajarinya. Jadi ketika melihat suatu tulisan, Ahsan akan menanyakan tulisan itu dibaca apa. Dan itu dia lakukan berulang-ulang, sampai dia paham bagaimana cara menyatukan suku kata, membaca kata yang terdapat huruf konsonan yang berdampingan, seperti –ng, -ny, dan lain-lain.
Tetapi, Ahsan sampai saat ini menurut saya bukan termasuk anak yang terampil. Dia tidak begitu suka bermain pasir baik itu kinetik maupun pasir asli. Ahsan juga tidak begitu suka bermain cat, bermain air, bermain tanah, atau hal-hal lain yang dia anggap tidak bersih dan bikin geli. Alhamdulillah hall-hal tersebut sudah mulai berkurang semenjak dia masuk TK. Mungkin karena dia lihat teman-temannya, lama-lama dia jadi penasaran juga kali ya.
  


Berbeda dengan Ahsan, Aliya, anak saya yang kedua, justru sangat suka bermain hal-hal yang tidak disukai kakaknya itu. Aliya suka main tanah, pasir, mewarnai, dan banyak hal lain. Nah baru-baru ini saya sering melihat postingan teman tentang Montessori dan saya mulai tertarik, karena saya fikir ini cocok banget sama Aliya yang tangannya selalu “gatel” pengen main hal-hal yang menurut dia menarik itu.

Suatu hari, suami saya membelikan saya buku “Montessori di Rumah – 55 Kegiatan Keterampilan Hidup –“ karya mbak Elvina Lim Kusumo. Waw, menarik banget buku ini, dan akhirnya saya mulai menerapkan kegiatan Montessori di rumah bersama Aliya dan Ahsan (ternyata kakaknya penasaran juga, hehe). Dari buku tersebut, ide utama dari kegiatan Montessori adalah:
  1.        Memperlakukan anak dengan respek/hormat.
  2.        Mempersiapkan lingkungan yang mendukung kegiatan anak dan sesuai dengan kebutuhan anak.
  3.        Menyiapkan materi dan membebaskan anak mengerjakan kegiatan yang mereka inginkan.
  4.        Melatih anak untuk mengoreksi kelalaian/kesalahan yang mereka buat sendiri.
  5.        Memberi kesempatan pada anak untuk beerja sesuai ritme mereka sendiri.
  6.        Mengobservasi kesiapan anak untuk memperlajari hal baru.



Dan yang membuat saya makin tertarik adalah:
  1.        Anak-anak akan mempelajari hal-hal terkait kemandirian dan mereka akan belajar berhati-hati karena di metode ini anak-anak menggunakan barang-barang sesungguhnya namun dengan ukuran yang disesuaikan.
  2.        Anak diberikan kesempatan berpartisipasi, berkontribusi, dan memiliki peran, sehingga mereka akan lebih percaya diri dan dapat mencintai diri mereka.
  3.        Kemampuan motorik sudah pasti akan terasah.

Duh, udah ga sabar mau ngajakin anak-anak belajar di rumah. Next time, insyaAllah saya share tentang kegiatan Montessori Aliya lebih rinci yaa..

Wassalamualaikum J


Maya

Mini Project

 Assalamu'alaykum warahmatullah wabarakatuh. Akhirnya sampai juga di bagian mini project. Mini project yang disusun oleh kami bertiga (s...